Thursday, 29 February 2024

Panca Jiwa

Panca Jiwa terdiri dari dua suku kata. Panca, dan Jiwa. Panca berarti lima, jiwa berarti seluruh kehidupan batin manusia yang muncul dari perasaan, pikiran, dan fantasi. Dari sini dapat dipahami bahwa Panca Jiwa adalah lima prinsip dasar yang lahir menjiwai dan ruh yang tertanam kuat di hati ustadz dan santri dalam menjalani kehidupan sehari-hari di pondok pesantren.

1. Jiwa Keikhlasan (Sincerity/الإخلاص )

Jiwa ikhlas merupakan hal terpenting dan wajib dimiliki oleh setiap penghuni pondok. Bila diartikan secara verbal keikhlasan berarti sepi ing pamrih rame ing gawe, yakni berbuat sesuatu bukan atas dasar dorongan nafsu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan materi tertentu. Namun al-ikhlasu ruh al-‘amal ikhlas yang menjadi dasar segala perbuatan yang dilakukan semata-mata bernilai ibadah lillahi Ta’ala.

2. Jiwa Kesederhanaan (Simplicity/البساطة )

Sederhana bukan berarti pasif (narimo) bukan pula berarti melarat, kemiskinan, tetapi mengandung unsur kekuatan atau ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Oleh karena itu jiwa ini merupakan modal berharga untuk membangun sikap berani, kemauan tinggi untuk berkemajuan, kesiapan menghadapi masa depan, dan pantang mundur dalam menghadapi kesulitan.

3.Jiwa Berdikari (Self-Help/الاعتماد على النفس )

Kesanggupan menolong diri sendiri, (zelp help) atau berdiri di atas kaki sendiri/berdikari. Berdikari mengandung arti bisa mengurus dirinya sendiri, tidak bergantung kepada orang lain, memiliki jiwa sanggup berbuat dan tidak mengemis. Berdikari tidak saja dalam arti bahwa santri sanggup belajar, dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, termasuk pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan harus sanggup berdikari/mandiri dalam membangun dan mengelola dengan tidak mengandalkan atau menyandarkan kehidupannya kepada bantuan orang lain.

4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah (Islamic Brotherhood/الأخوة الإسلامية )yang demokratis antara Santri.

Ukhuwah adalahpersamaan di antara umat manusia. Ukhuwah dalam arti luas melampui batas-batas etnik, rasial, agama, latar belakang sosial, keturunan dan lain-lain.Konsep ukhuwah diharapkan ada persaudaraan dan persamaan yang tidak membeda-bedakan umat manusia atas jenis kelamin, asal-usul, etnis, warna kulit, latar belakang historis, sosial, dan status ekonomi. Ukhuwah yang harus dijalin erat antara lain: 1) Ukhuwah Basyariyah, 2) Ukhuwah Insaniyyah, 3) Ukhuwah Islamiah (diniyyah), dan 4) Ukhuwah Waṭaniyah. Nilai ukhuwah Islamiyah dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan hormat-menghormati pada keragaman dan keperbedaan, menghargai pendapat orang lain walaupun tidak setuju, tidak ta’ssub pada golongan, adanya networking atau membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak dan golongan.

5. Jiwa Kebebasan (Freedom/الحرية )

Maksud jiwa bebas menurut KH. Imam Zarkasyi adalah Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, jiwa bebas yang melahirkan jiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan, bebas dari pengaruh negatif luar. Jiwa kebebasan adalah kebebasan yang terikat, dibatasi oleh dogma agama, budaya, adab dan prilaku sosial masyarakat, karena bebas tanpa batas dapat melahirkan unsur-unsur negatif, bablas, dan berakibat hilangnya arah tujuan melemahnya prinsif keberagamaan dan pola pikir dan sikap kebablasan.